Kamis, 20 Oktober 2011

Ku Titipkan Impianku Padamu - #1

"Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam/Ulang tahun(?) semua :D hahahaha,akhirnya setelah sekian lama saya vakum kembali mebawa cerita ni :) Sebelumnya, bagi yg punya tugas buat cerpen, alangkah baiknya jangan sembarang meng-copy. Hmm , gini.. saya susah-susah bikinnya, sampe saya tidur jam 2pagi! bayangin!! karena hari itu juga saya harus sekolah jadi, saya hanya punya waktu tidur 3 jam *.* (sorry, kalo curhat).. :P
Well.. Happy reading :)"

 
Hari itu hari minggu dan masih sangat pagi, tepatnya pukul 04:50 WIB , di sebuah gedung di  Universitas Seni Art, telah ada tanda-tanda kehidupan.
Alunan lagu Blink 182 – Heart All Gone, yang di mix dengan lagu beat yang cepat ,memenuhi gedung  yang merupakan tempat latihan para mahasiswa seni itu. Seorang cewek dengan rambut di kuncir kuda, memakai hodie abu-abu tua, sepatu merk supra putih, dan legging hitam longgar ,dengan lincahnya menggerakkan  tangan dan kakinya mengikuti ketukan demi ketukan dari lagu tersebut membentuk pola-pola yang beraturan menjadikannya satu kesatuan tarian yang mengagumkan. Tak ada rasa canggung, dia yakin bahwa dia adalah satu-satunya mahluk yang ada di bangunan ini sekarang.
Dia terus menari , menggerakkan tubuhnya, sambil melihat dinding kaca di depannya  dengan serius memastikan bahwa gerakan yang di lakukannya telah sesuai, tanpa perduli sekelilingnya. Tak perduli bahwa pintu gedung latihan perlahan terbuka, dan dia bukanlah satu-satunya makhluk yang ada disana.
****
“Haah.. tega banget si Dicky ,nyuruh gue sendirian ke kampus, sepagi ini lagi ? Sialan tuh anak !”, seorang cowok  mengerutu sambil mengacak-ngacak poninya yang menutupi dahinya, cowok ini memiliki rambut serupa dengan penyanyi korea No Min-Woo yang merupakan personil Boyfriend-boyband. Dia menjejalkan kedua tangannya kedalam kantung sweater merah yang dikenakannya, sambil terus melangkah menuju sebuah gedung.
            Cowok itu menghentikan langkahnya, ketika samar-samar dia mendengar suara music yang berasal dari gedung yang akan di tujunya. Dia melihat lampu dari gedung itu telah menyala.
            “Masih jam setengah lima, siapa datang sepagi ini? Hari libur gini lagi. ”, batinya.
Kakinya terus melangkah mebawanya semakin dekat dengan gedung itu.
            “Tapi kan , kunci gedung latihan ada di gue, kok bisa masuk?”, dia terus menerka, sambil menatap kunci yang ada digengamanya.
Rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takutnya. Semakin dekat, dekat, dan akhirnya dia sampai di depan pintu gedung latihan itu. Suara music itu terdengar jelas sekarang.
            “Blink 182..”, bisiknya pelan.
Rasa penasarannya telah sampai di tangannya, kini tangannya mulai meraih kenop pintu itu.
Klek … Perlahan , dia mencoba mengintip keadaan di dalam gedung, matanya menangkap sesosok wanita yang sedang menari dengan asyiknya. Dia terpana. Wajah sang penari begitu berseri-seri, sang penari terlihat begitu bersinar dengan gerakan-gerakannya. Tanpa sengaja cowok itu menjatuhkan sapu di dekat pintu.
TANG ! suara itu sontak membuat kedua orang itu terkejut dan menoleh ke sumber suara itu.
            “Hmm,Hai.”, sapa Evano dengan senyum yang dipaksakan.
****
TANG! Sontak suara itu membuat Alisya menoleh dan menghentikan gerakannya. Kini mereka berdua saling bertatatapan. Sesaat hanya suara dari lagu yang sedang diputar Alisya yang terdengar membahana gedung itu.
            “Hmm, Hai.”, Evano yang sedari tadi juga diam, akhirnya mengeluarkan suaranya.
Alisya tak menjawab, gadis berambut gelombang itu mematikan MP3 pada i-Phone nya, memasukkan semua barangnya ke dalam tas selempang berwarna merah tua miliknya. Dan bergegas meninggalkan gedung itu.
            “Aiisshh, kenapa tuh anak belagu amat ! Setidaknya balas sapaan gue dong ! “, gerutu Evano ,lalu ia memasukki ruangan itu, melihat sekekeling sampai akhirnya dia menemukan apa yang di carinya. Diraihnya tumpukkan disk yang tergeletak di atas speaker  yang bersandar pada dinding putih gedung itu. Dilihatnya kembali disk-disk itu, menyebutkan satu persatu judul disk untuk memastikan bahwa tak ada satupun yang hilang.
            “Wing – created by Nay ? kaset apaan ni?”, Evano membaca tulisan yang tertera pada disk yang bukanlah menjadi salah satu koleksinya. Kotak dari kaset itu hanyalah cover disk bening. Tanpa banyak berpikir lagi di segera memasukkan disk itu kedalam speaker yang juga bisa digunakan sebagai MP3 player itu.
            “Ini lagu untuk dance ya? Komplikasinya bagus sekali.”, Evano mulai menggerakkan kepala dan menjentikkan jarinya.
            “Nay? Perasaan anak seni tari ga ada yang namanya Nay.Ah! Pasti cewek tadi !”, ujar Evano sambil mengingat-ngingat wajah cewek yang baru saja ditemuinya.
****
            Alisya bergegas meninggalkan gedung latihan, seolah tak ingin diketahui identitasnya, bagaikan artis Hollywood yang menghindari paparazzi. Dia berlari pelan, dan berjalan ketika mendapati pria itu tak mencoba mengejarnya. Rumahnya tak terlalu jauh dari Universitas seni Art , tak butuh waktu lama untuk sampai. Alisya bisa dengan mudah  masuk ke sana, dia memiliki kunci duplikatnya karena Ayahnya adalah rektor di kampus itu.
Bruk ! Alisya melemparkan begitu saja tas merah tuanya diatas ranjang. Akhirnya dia sampai dirumah, kini dia berada dikamarnya. Alisya merebahkan dirinya, memegang perutnya yang terasa sedikit sakit. Matanya berputar, wajahnya berubah pucat.Dia menghela nafas panjang, memejamkan matanya, dan tertidur.  Dia memang butuh istirahat saat ini.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar